(CATATAN #2) Mengenal Dua Macam Ujian Iman Untuk Hamba Allah Menurut AL QUR'AN

Ujian Iman Untuk Hamba Allah 

Mengenal Iman Bag. Kedua


*UJIAN IMAN*
 
Bila telah membaca dg teliti, tulisan sblm ini ( _MENJADI MUSLIM YANG MUKMIN_) in syaa Allah telah mengetahui bahwa _*menurut Al Qur'an*, yang membedakan orang beriman dg yg blm adalah *keadaan qalbunya*._ Orang beriman beruntung telah mendapatkan petunjuk, cara membuka qalbunya sehingga bisa *melihat* dan *mendengar*. Sementara itu orang yg blm beriman qalbunya masih tertutup (kafir). *Itulah perbedaan orang beriman dg yg blm beriman menurut Al Qur'an.*

Kemudian kita jg telah mengetahui *peringatan dlm Al Qur'an*, bhw sebaik apapun amalnya, *sebaik apapun islamnya seseorang, bila qalbunya belum mendengar dan melihat (masih tertutup), kelak di yaumil akhir amalan yg sebaik baiknya itu dihapus dan tdk dinilai*. Sebab wafat dlm keadaan blm benar imannya, dan jadilah ia orang yg paling merugi.

Sekarang, marilah kita bicara tentang *ujian iman*. Dikatakan ujian sebab akan terasa mudah dan pasti lulus bagi yg menguasai "materi ujian". Namun sebaliknya, akan terasa sulit dan dipastikan gagal bagi yg tdk menguasai "materi ujian".

Materi ujian Iman adalah tentang Allah dan Allah sendiri yg akan menguji. *Ujian iman ini ada teori dan praktiknya*. Lalu bagaimana Allah menguji iman seseorang?


إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا بَصِيرًا
_Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang *Kami hendak mengujinya,* karena itu Kami jadikan dia *mendengar*_ (Firman Allah dan Sabda Rasul-nya dan mempraktikan dlm bentuk amalan ta'at menjalankan perintah dan menjahui larangan-Nya) _dan *melihat*_ (melaui qalbu, wujud yg bernama Allah sehingga dia membenarkannya, bahwa Dia yg dilihatnya itu adalah Tuhannya, dan prakteknya melalui lisan mengucap "Inilah Tuhanku" ).
Surah Al-Insan (76:2)

Orang yg mengaku beriman, baru diakui imannya oleh Allah apabila telah lulus ujian, yakni telah meyakini wujud yg dilihatnya adalah Tuhannya dan  ta'at karena mendengar Firman dan Sabda Rasul-Nya. Kita harus lulus *"ujian melihat"* dan *"ujian mendengar"* seperti itu bila hendak mengaku beriman.


أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
_Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman," sedang mereka tidak diuji (dan diuji lagi)?_
Surah Al-'Ankabut (29:2)

Dan siapapun yg hendak beriman kpd Allah harus melalui ujian-ujian itu sebagaimana yg juga dialami oleh mukmin terdahulu.


وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
_Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang *benar*_ (lulus ujian iman) _dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang *dusta*_ (belum mengikuti atau gagal ujian iman tapi mengaku beriman).
Surah Al-'Ankabut (29:3)

Jadi seseorang dikatakan lulus ujian iman itu ketika qalbunya terbuka dan "melihat" Allah (yg wajibul wujud) ia berhasil *meyakini dan membenarkan wujud "itu"* adalah Tuhannya.

Mengapa harus meyakini dan membenarkan?  Sebab meyakini telah "melihat" saja tdk bernilai iman, dia juga harus membenarkan dengan praktek *melalui ucapan lisan* dan dengan *anggota badannya* menjalankan perintah dan menjahui larangan yg dia ketahui dari "mendengar" Firman-Nya dan Sabda Rasulnya. *Jadi iman itu melihat dan mendengar*. Batal imannya atau kafir kembali setelah beriman bila hanya "melihat" saja tanpa mau "mendengar" Firman-Nya dan Sabda Rasul-Nya.

*Ujian iman itu ada 2 macam*, yaitu:

_Pertama, *ujian melihat*_ pesertanya adalah mereka yg blm diakui Allah beriman dan kalau lulus ujian itu maka ia mula-mula beriman.

_Kedua, *Ujian mendengar*_, setelah beriman diuji lagi dg perintah dan larangan yg ia ketahui dari "mendengar" Firman dan sabda Rasul-Nya. Misalnya, orang yg beriman diperintah shalat, puasa dll. Dan "Ujian mendengar" ini berlaku sepanjang hayat.

Sementara yg belum beriman tdk diperintah untuk ibadah, melainkan diperintah untuk beriman lebih dahulu (mengikuti "Ujian melihat") sebelum ajal menjemput.
Ayat berikutnya:

أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ أَنْ يَسْبِقُونَا ۚ سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ
_Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan_ ( berdusta, menghalangi dan membuat kerusakan jalan kepada iman) _itu mengira bahwa mereka akan luput_ (dari azab) _Kami? Amatlah buruk apa yang mereka tetapkan itu_ (dengan mengatakan melihat Allah dalam suatu pertemuan ketika msh dlm kehidupan dunia adalah tidak mungkin dengan berbagai argumentasi tanpa dasar yg benar dan seolah masuk akal).
Surah Al-'Ankabut (29:4)

*Allah mematahkan argumentasi orang-orang yg melakukan kejahatan itu* ( yg berdusta dan berusaha menutup dan merusak jalan kepada iman) dengan menjawab :


مَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ اللَّهِ فَإِنَّ أَجَلَ اللَّهِ لَآتٍ ۚ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
_*Barangsiapa* yang *mengharap* pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya *waktu*_ *(yang dijanjikan)* _*Allah itu, pasti datang*. Dan Dialah Yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui._
Surah Al-'Ankabut (29:5)

Kata *Barangsiapa* pada ayat di atas artinya siapapun tanpa kecuali. Nabi atau bukan nabi, beragama apapun atau bahkan tdk beragama, berilmu luas atau tdk, kaya atau miskin, laki atau perempuan, pokoknya siapa saja tanpa kecuali asal mau mengharap bertemu dengan Allah, maka Allah janjikan waktu pertemuan itu pasti tiba. *Ini janji Allah yg pasti Dia tepati. Dan Allah mampu berbuat apa saja sekehendakNya*.


*_Subhanallah_*....
Mengapa kok siapa saja tanpa perkecualian? Karena ini jalan kepada iman dan Allah telah memberi _modal berupa kemampuan untuk *mengharap*._

Kalau diukur dari nalar manusia memang tdk mungkin bisa bertemu Allah ketika masih dlm kehidupan dunia. Tetapi kalau diukur dg Kemahakuasaan Allah, apalagi Allah berjanji untuk itu, pasti bisa. Dan kalau kita anggap tidak mungkin "melihat," itu sama dengan merendahkan kekuasaan Allah dan menganggap Allah tidak mampu memenuhi janji-Nya. Subhanallah....


*Manusia memang tdk mungkin menemui Allah tetapi perjumpaan itu karena Allah-lah yg menemui lantaran sdh berjanji kpd manusia yg mengharap bertemu Dia. Kalau Allah yg menemui, pasti bisa terjadi pertemuan itu...*

Siapa orang yg *mengharap* itu?
Yaitu mereka yg *sudah yakin* bahwa untuk beriman dengan benar harus bertemu (melihat) wujud yang bernama Allah ketika dalam kehidupan dunia ini.

Siapa *orang yg yakin* itu?
Ialah mereka yg *sudah paham* cara beriman yg benar. Orang yg tidak yakin itu tdk akan berharap tetapi justru mengolok olok, bahkan menghalangi.

Lalu, siapa *orang yg paham* itu?
Mereka adalah *orang-orang yg mengkaji dalil naqli (Al Qur'an dan Hadist)* dan mau *menggunakan akalnya untuk beriman dg benar (dalil aqli)*.

Orang yg *berharap* karena telah yakin dari kepahamannya itu lantaran sudah mengkaji Al Qur'an dan Hadist dg benar akan *mempunyai sikap mental bersungguh-sungguh mencapai harapannya itu. Rintangan apapun tidak akan menyurutkan langkahnya bahkan semakin memperkuat harapannya*.


وَمَنْ جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
_Dan barangsiapa yang bersungguh-sungguh, maka kesungguhannya_ (jihadnya) _itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya_ (kalau tdk ingin ketemu Dia ketika di kehidupan dunia) _Allah benar-benar Maha Kaya_ (tidak memerlukan sesuatu) _dari semesta alam._
Surah Al-'Ankabut (29:6)

5 ayat berturut-turut dlm Surat Al Ankabut di atas adalah bagian dari petunjuk untuk beriman. Sayangnya kebanyakan manusia tdk yakin bisa bertemu Allah ketika masih dlm kehidupan dunia. Berbagai argumentasi mereka kemukakan, misalnya:
 
1. Wayang tdk mungkin bisa melihat dalangnya.

2. Melihat matahari saja tdk mampu, apalagi melihat Allah.

3. Dll. argumen yg intinya menyamakan kemampuan Allah dg kemampuan manusia. Allah yg amat sangat kuasa mampu membuat manusia bisa melihat Tuhannya. Tidak ada kesulitan bagi-Nya.

Bahwa pertemuan itu terjadi bukan lantaran manusia yg menemui Tuhannya, Manusia yg kotor tdk mampu menemui Dia yg Maha Suci. Tetapi manusia telah diberi modal kemampuan mengharap. Pertemuan itu terjadi karena Allah yg memenuhi janjinya menemui orang orang yg berharap bertemu Dia ketika masih dalam kehidupan dunia sehingga bisa melihat wajahNya. Kalau Allah yg menghendaki, apa ada yg bisa menghalangi? Allah Yang Maha Suci yg akan mensucikan manusia yg berharap bertemu Dia ketika masih dlm kehidupan dunia.
Bagaimana mungkin bisa melihat di akhirat bila di dunia ini qalbunya buta (tdk melihat)?


وَمَنْ كَانَ فِي هَٰذِهِ أَعْمَىٰ فَهُوَ فِي الْآخِرَةِ أَعْمَىٰ وَأَضَلُّ سَبِيلًا
_Dan barangsiapa yang buta_ (qalbunya tidak melihat) _di dunia ini, niscaya di akhirat_ (nanti) _ia akan lebih buta_ (tidak melihat pula) _dan lebih tersesat dari jalan_ (yang benar).
Surah Al-Isra' (17:72)

Orang yg berharap bertemu Allah nanti di Akhirat namun tdk melihat di kehidupan dunia ini, maka harapannya itu adalah harapan kosong.

Mengapa banyak orang tidak menyakini bisa bertemu Tuhannya ketika masih dalam kehidupan dunia?
Karena di kehidupan dunia ini mereka hanya mengetahui sisi yg lahir saja dan sisi yg akhirat mereka lengah.


يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ
_Mereka hanya mengetahui_ (sisi) _yang lahir_ (saja) _dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang_ (sisi kehidupan) _akhirat adalah lalai._
Surah Ar-Rum (30:7)

*Kehidupan dunia ("terikatnya" ruh kepada jasad)* itu memiliki dua sisi yakni _"sisi lahiriyah"? dan ?"sisi akhirat"_. Kalau kita mau memperhatikan apa yg ada pada diri kita, tentu bisa mengetahui sisi akhirat.


أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوا فِي أَنْفُسِهِمْ ۗ مَا خَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَجَلٍ مُسَمًّى ۗ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ بِلِقَاءِ رَبِّهِمْ لَكَافِرُونَ
_Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan_ (tujuan) _yang benar_ (spy manusia bisa nyebarang ke akhirat) _dan waktu yang ditentukan_ (bila mau berharap bertemu Tuhan). _Dan sesungguhnya *kebanyakan* di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya_ (ketika msh dlm kehidupan dunia. Karena mereka tdk mengetahui sisi akhirat).
Surah Ar-Rum (30:8)

Demikianlah, semoga bermanfaat. 

*Wassalam*
(Written By_Al Muttaqien BERSAMA_Di Grup WhatsApp Al Muttaqien, Diakses Pada Ahad, 02 Oktober 2016)